Kaum muda tak cukup beri kontribusi bagi negara. Pandangan ini disampaikan oleh Pengamat Politik Yudi Latif dalam diskusi panel “Jalan Baru Perjuangan Kaum Muda Indonesia” yang diselenggarakan oleh Komunitas Indonesia baru di Jakarta Media Centre (JMC), Senin 7 januari 08. “Selama ini peran kaum muda dalam politik hanya menjebol pintu reformasi saja. Dalam reformasi kaum muda membuka pintu reformasi, ketika satu sampai dua orang sudah direkrut mereka kemudian lupa. Jadilah dunia politik tetap dikuasai kaum tua saja,” jelas Yudi.
Achmad Hanafi Rais, menyatakan pergerakan kaum muda diawali dari kekecewaan. “Wacana kaum muda memimpin berangkat dari kekecewaan kita yang sudah mendarah daging, bahkan setelah reformasi kita sadar tidak banyak perubahan pada struktur sekarang ini,” kata Pria lulusan Fisipol UGM.
Hanafi memberikan salah satu gambaran mengenai kaum tua yang hanya berdebat tentang tingginya angka kemiskinan, namun tidak pernah membahas bagaimana cara memberantasnya.“Melihat kondisi ini, kita juga harus melakukan evaluasi. Kaum muda yang terlibat dalam pemerintahan selama sepuluh tahun ke belakang juga perlu dievaluasi. Kita lihat apakah mereka keras terhadap pemerintah atau tidak. Kaum muda sebaiknya merebut posisi publik kemudian merealisasikan yang disuarakan,” tambahnya.
Penjelasan dari kaum muda lainnya datang dari aktivis Dita Indah Sari. “Sebenarnya kaum tua setuju kaum muda yang memimpin. Tua juga tidak dinilai dari usia, tapi dari visi dan pemikirannya konservatif atau tidak,” katanya. Dita menambahkan jika kaum muda mau memimpin, satu-satunya kendaraan politik yang dapat digunakan saat ini adalah partai politik.
Peneliti bidang Politik dan Perubahan Sosial Centre For Strategic and International Studies (CSIS) Indra J Piliang memandang perjuangan kaum muda pada tahun 90-an termasuk gerakan para elitis yang tidak berakar karena tidak mempunyai basis dimasyarakat. “Jadi kalau mau memimpin harus punya publik,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut Indra juga memaparkan gagasan mengenai kepemimpinan Indonesia kedepan. “Sebaiknya Indonesia berada dalam struktur negara federal. Dominasi pemerintah pusat harus dibatasi. Tapi, kalau tidak jadi negara federal kita akan begini-begini saja,” jelas Indra. Jika Indonesia dipecah dengan cara federasi, kata Indra, kondisi itu akan membuat Indonesia lebih baik lagi.
Achmad Hanafi Rais, menyatakan pergerakan kaum muda diawali dari kekecewaan. “Wacana kaum muda memimpin berangkat dari kekecewaan kita yang sudah mendarah daging, bahkan setelah reformasi kita sadar tidak banyak perubahan pada struktur sekarang ini,” kata Pria lulusan Fisipol UGM.
Hanafi memberikan salah satu gambaran mengenai kaum tua yang hanya berdebat tentang tingginya angka kemiskinan, namun tidak pernah membahas bagaimana cara memberantasnya.“Melihat kondisi ini, kita juga harus melakukan evaluasi. Kaum muda yang terlibat dalam pemerintahan selama sepuluh tahun ke belakang juga perlu dievaluasi. Kita lihat apakah mereka keras terhadap pemerintah atau tidak. Kaum muda sebaiknya merebut posisi publik kemudian merealisasikan yang disuarakan,” tambahnya.
Penjelasan dari kaum muda lainnya datang dari aktivis Dita Indah Sari. “Sebenarnya kaum tua setuju kaum muda yang memimpin. Tua juga tidak dinilai dari usia, tapi dari visi dan pemikirannya konservatif atau tidak,” katanya. Dita menambahkan jika kaum muda mau memimpin, satu-satunya kendaraan politik yang dapat digunakan saat ini adalah partai politik.
Peneliti bidang Politik dan Perubahan Sosial Centre For Strategic and International Studies (CSIS) Indra J Piliang memandang perjuangan kaum muda pada tahun 90-an termasuk gerakan para elitis yang tidak berakar karena tidak mempunyai basis dimasyarakat. “Jadi kalau mau memimpin harus punya publik,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut Indra juga memaparkan gagasan mengenai kepemimpinan Indonesia kedepan. “Sebaiknya Indonesia berada dalam struktur negara federal. Dominasi pemerintah pusat harus dibatasi. Tapi, kalau tidak jadi negara federal kita akan begini-begini saja,” jelas Indra. Jika Indonesia dipecah dengan cara federasi, kata Indra, kondisi itu akan membuat Indonesia lebih baik lagi.